13 Desember 2007

Puisi-Puisi Isbedy Stiawan Z.S.

TAMAN DAUN

daun di pelupuk matamu

bumi pagi ini hijau

dan guguran hujan

kucari peta, katamu,

telah hilang

oleh cuaca

yang pergi dan datang

tapi dari pelupuk matamu

tumbuh daun

membawaku pesiar

ke dalam suar dan getar

“beri aku fajar

penuh pesona

agar kususuri subuh

seperti pagi-pagi lain.”

akan kupetik daun

dari pelupuk matamu

sebab dari kehijauan

kususuri sisa kelam

dan embun, seperti

guguran hujan, laksana

kristal di keningku kini

jadi lelampumu

sebagai suluhku

tak kulepas aroma subuh

juga daun yang kupetik

dari peluk matamu

“kumau daun ini

bawaku berlabuh

ke daratan hijau:

-Taman Daun-

di pelupuk matamu,

daun…

2007


LENYAP

bila kau terbang

aku mau sayapmu

bila kau tenggelam

aku jadi pelampung

bila kau hilang

di udara1) atau lautan2)

aku siapkan airmata

dan nafasku

“ke mana lenyap ia,

ia sembunyi ke balik

kelam mana?”

Kekasih….

2007



DI SEBUAH TIKUNGAN


di sebuah tikungan

saat subuh geliat

burung-burung

mulai cari alamat

kembara kembali

aku pun bangkit

mengikuti setiap

aroma sayap

kepaklah, kepak

ke matahari benam

wajah kuarahkan

sampai berkilau

seluruh keningku

bibirku bergetar

mataku bersinar

telunjukku belati

kakiku bagai

derap kuda

lari kencang

menerbangkan debu

ke matamu

tapi aku burung

di paruhku

kukulum batu-batu

penuh api

siap bakar tubuhmu

kepaklah, kepak

pacu, paculah!

akhir 12/2006-awal 01/2007




HANYA ENGKAU


hanya engkau yang tahu tentang malam

karena itu aku masuki ceruk rahasiamu

karena engkau tahu rahasia malam

maka aku hendak jaga di tubuhmu

cuma di tubuhmu yang bergetar

aku harus lepaskan ketakutan

sebab di dalam debar

aku tahu engkau bianglala…

2007




AKU KELANA


di kaca itu, kita tak lagi

sekadar bersitatap

matamu mengatup,

pintu pun kututup

jika lidahmu menjulur

bibirku menutur:

kalimat-kalimat melulur

malam ini di mana kau tertidur?

kekasih, aku masih saja kesepian

di antara baris-baris gerimis

bayang kita telah lama bercumbu

kusibak rambutmu yang tergerai

kau serpihi bekas hujan

di tubuhku

di lobby yang dingin

rinduku amat ingin

: mendekapmu

di sebujur waktu

kuhamili kau

maka jadilah Puisi

yang melelapkan para pecinta

menetap jadi pecumbu

ah, sayang, tegakkan kelamin

hujnamkan kata

ke dalam sukma!

dan dari rahimmu

kumau puisi-puisi menetas

sebaris halaman

aku buka jadi percumbuan

kau lepaskan malam,

aku memendam

perempuanku, aku kelana

berlari di padang-padang sabana:

rebah bersama

kelaminku berbuncah

sabanamu rekah

sebab cinta

kita bersuka

dari pantai ke peraduan

kau hitung bekas kecupan

aku tulis risalah lain

di tubuhmu

kutiupkan sukma

kulabuhkan birahi

-- kita menari --


15 Januari 2007



MENUNGGUI LAUT


jika kau pulang siang nanti

bawalah sekepal pasir pantai ini

sebagai kenangan bahwa kau

pernah mencium aromanya

juga di dalam pasir itu

tersimpan tangisku

sebagai perempuan

aku hanya bisa mengantarmu

dengan lambai dan senyumku

sampai perbatasan kota

setelah itu, lelaki

aku kembali ke dalam sepi

menunggui laut hingga ke tepi

atau memuja Tuhan

seperti kucintai hidupku

sebagai perempuan, lelaki

aku terima dicintai

dan ingin pula mendustai

tapi pada hidupku

aku setia

meski ia bawakan luka

seperti kau pernah datang

kemudian hilang

Bali 2006



1) korban AdamAir

2) korban KM Senopati

Tidak ada komentar: