daun di pelupuk matamu
bumi pagi ini hijau
dan guguran hujan
kucari peta, katamu,
telah hilang
oleh cuaca
yang pergi dan datang
tapi dari pelupuk matamu
tumbuh daun
membawaku pesiar
ke dalam suar dan getar
“beri aku fajar
penuh pesona
agar kususuri subuh
seperti pagi-pagi lain.”
akan kupetik daun
dari pelupuk matamu
sebab dari kehijauan
kususuri sisa kelam
dan embun, seperti
guguran hujan, laksana
kristal di keningku kini
jadi lelampumu
sebagai suluhku
tak kulepas aroma subuh
juga daun yang kupetik
dari peluk matamu
“kumau daun ini
bawaku berlabuh
ke daratan hijau:
-
di pelupuk matamu,
daun…
2007
LENYAP
bila kau terbang
aku mau sayapmu
bila kau tenggelam
aku jadi pelampung
bila kau hilang
aku siapkan airmata
dan nafasku
“ke mana lenyap ia,
ia sembunyi ke balik
kelam mana?”
Kekasih….
2007
di sebuah tikungan
saat subuh geliat
burung-burung
mulai cari alamat
kembara kembali
aku pun bangkit
mengikuti setiap
aroma sayap
kepaklah, kepak
ke matahari benam
wajah kuarahkan
sampai berkilau
seluruh keningku
bibirku bergetar
mataku bersinar
telunjukku belati
kakiku bagai
derap kuda
lari kencang
menerbangkan debu
ke matamu
tapi aku burung
di paruhku
kukulum batu-batu
penuh api
siap bakar tubuhmu
kepaklah, kepak
pacu, paculah!
akhir 12/2006-awal 01/2007
HANYA ENGKAU
hanya engkau yang tahu tentang malam
karena itu aku masuki ceruk rahasiamu
karena engkau tahu rahasia malam
maka aku hendak jaga di tubuhmu
cuma di tubuhmu yang bergetar
aku harus lepaskan ketakutan
sebab di dalam debar
aku tahu engkau bianglala…
2007
AKU KELANA
di kaca itu, kita tak lagi
sekadar bersitatap
matamu mengatup,
pintu pun kututup
jika lidahmu menjulur
bibirku menutur:
kalimat-kalimat melulur
malam ini di mana kau tertidur?
kekasih, aku masih saja kesepian
di antara baris-baris gerimis
bayang kita telah lama bercumbu
kusibak rambutmu yang tergerai
kau serpihi bekas hujan
di tubuhku
di lobby yang dingin
rinduku amat ingin
: mendekapmu
di sebujur waktu
kuhamili kau
maka jadilah Puisi
yang melelapkan para pecinta
menetap jadi pecumbu
ah, sayang, tegakkan kelamin
hujnamkan kata
ke dalam sukma!
dan dari rahimmu
kumau puisi-puisi menetas
sebaris halaman
aku buka jadi percumbuan
kau lepaskan malam,
aku memendam
perempuanku, aku kelana
berlari di padang-padang sabana:
rebah bersama
kelaminku berbuncah
sabanamu rekah
sebab cinta
kita bersuka
dari pantai ke peraduan
kau hitung bekas kecupan
aku tulis risalah lain
di tubuhmu
kutiupkan sukma
kulabuhkan birahi
-- kita menari --
15 Januari 2007
MENUNGGUI LAUT
jika kau pulang siang nanti
bawalah sekepal pasir pantai ini
sebagai kenangan bahwa kau
pernah mencium aromanya
juga di dalam pasir itu
tersimpan tangisku
sebagai perempuan
aku hanya bisa mengantarmu
dengan lambai dan senyumku
sampai perbatasan
setelah itu, lelaki
aku kembali ke dalam sepi
menunggui laut hingga ke tepi
atau memuja Tuhan
seperti kucintai hidupku
sebagai perempuan, lelaki
aku terima dicintai
dan ingin pula mendustai
tapi pada hidupku
aku setia
meski ia bawakan luka
seperti kau pernah datang
kemudian hilang
Bali 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar