Arroudhoh
di tamanmu -- di antara rumah dan mimbar itu -- aku selalu menunggumu datang,
menemani percakapan ini. saling berebut ingin paling-depan. berjam-jam
lebih dulu sampai untuk mencari shaf. airmata tumpah: tangis-rindu
mengalir. jadi anak sungai, ke muara mana?
sekiranya aku hidup dulu sekali, bersamamu. tapi aku orang yang datang
terlambat. peziarah yang tersasar dulu ke mana-mana, lalu kini sampai ke tamanmu:
memetik buah-buah rindu dari pohon sejarah. hanya menatap pintu makammu. ingin
mengingatmu...
aku hanya peziarah. sejenak singgah....
di tamanmu berbasuh
02/05/2011
Seperti Orangorang itu Datang ke Nabawi ini
ingin berulang kupandangi rumahmu --sebuah rumah mungil-- di sebelah masjid kecil, namun
kemudian merengkuh dunia. ingin lama berdiri di depan pintu rumahmu, menulis rindu dengan
airmata haruku. pintu yang kemudian membuka orangorang dari benuabenua singgah dan
meletakkan terompah di depannya. setelah itu, tak ada mata yang tiada
berurai air....
ingin menumpahkan airmataku tiap kuliwati pintu rumahmu, seperti orangorang itu yang
tak mampu membendungnya. tapi tak ada sungai di sini. tak ada lautan yang akan
menggulungku jadi bongkahan ke tepi-tepi. di sini, di sisi rumahmu berdekatan dengan mihrab itu,
aku sujudkan segala alpaku. aku ikhlas diinjak untuk merasakan sakit seperti kau saat gigimu rompal
atau luka karena panah. hanya aku hidup berabad-abad setelah
kepergianmu. setelah kalender penuh gambar...
kini, aku hanya bisa mengecup kenangan-kenanganmu
seperti orangorang itu yang datang ke nabawi ini...
2 mei 2011
Tiang-tiang itu
ingin kuhitung tiang-tiang itu
yang jadi payung saat terik
tapi aku tersasar dalam angka
sebab tak juga habis hitungan
seperti nikmat-Mu tak terkira
hingga aku hanya terbata
dan selalu mengemis
tapi kikir mengingat
di masjid nabawi
aku minta pahala senilai tujuhratus
sebagai zaitun, sebjinya
akan menjadi tujuhratus pohon
ingin kunaiki tiang-tiang
yang tak pernah tuntas kuhitung
dan berlindung dalam payungnya
jika siang menyengat
ingin kubangun rumah
di sini, di antara tiang-tiang itu
agar segera sampai
di tamanmu ya Kekasih Allah...
2 Mei 2011
Terompah
telah engkau kuras airmataku
telah engkau sayat-sayat dosaku
di tamanmu ini – di antara rumah dan
mihrabmu – aku tak henti tersungkur
ingin menghapus peta hitam di keningku,
wajahku yang kelam
berwaktu-waktu sebelum waktu
sudah kucari tempat: bersidekap pada
kekasih Allah itu. dzikir dan salawat
kuterbangkan. harapanharapan kutuliskan
“aku haus.”
-- minumlah –
“aku rindu.”
-- kecuplah --
terompahku sudah lebih dulu
melangkah di tamanmu – arroudhoh – ingin
menunggu tibaku nanti…
Mei 2011
Energy of Kakbah 1 *)
Energy of Kakbah 2
bahkan jin turut berzikir
mengelilingi baitullah
tujuhkali tiba di batu hitam itu
berdoa untuk keselamatan
dunia dan akhirat
-- keselamatan di dunia
kebahagiaan di akhirat --
biar tercekik
biar kakiku terbakar
aku akan terus berputar
menyebut-nyebut nama-Mu
mengharap kasihsayang-Mu
memburu
berharap
akankah aku sampai pada-Mu?
Energy of Kakbah 3
bagai jarum jam
aku berputar
dalam poros-Mu
berulang-ulang
menyebut nama
lalu berdoa
berkeliling lagi
tujuhkali
menuju Ilahi
-- terbang –
bagai batuhitam
ingin juga
“kau hanya batuhitam
tiada manfaat ataupun mudarat
jika tak kulihat rasul menciummu,
tak akan kulakukan padamu.” **)
3-7 Mei 2011
*) untuk judul Energy of Kakbah, saya dapati dari sebuah judul lukisan karya Cak Kandar (2008) di dinding Hotel Swarna Dwipha Jl Tasik, Palembang.
**) ucapan Umar bin Khattab RA
Yang Berputar
wahai hati yang tak pernah sebening kaca
tangan yang tak menunjuk ke tuju-Mu
kaki yang selalu melangkah ke lain-Mu
mulut yang tak berucap kebenaran
kini telah berada di segala pusat
yang berkeliling -- berputar -- dalam
satu poros. mengiba, mendamda:
"bismillah allah akbar!"
hati yang kini pecah
tangan yang kini putung
bibir yang selalu kelu
kaki yang membara
"aku terbakar. terbakar..."
beri jalan bagiku mencium-Mu
tanpa bayar. tiada rentenir
di depan kakbah
pada-Mu aku hanya menyembah
sebagaimana para malaikat dulu kala
berputar pula hanya menyebut Allah
: aku bersujud
di altar Ibrahim
menggenapkan towafku...
4 Mei 2011
Matahari Parak
matahari parak di atas kepala
cuaca bersuhu 43 derajat selsius
"kakiku terbakar, wahai, bagai
berjalan di atas bara," katanya
tapi, kami masih di dunia
di padang pasir terbentang
6 Mei 2011
Kini Aku Sudah Datang
bagai memamah api di bawah terik matahari
aku bergegas ingin hinggap di suwungmu
setelah kutanak segala harapku sejak dari rumahku
aku akan terima jika engkau menolak hadirku
tapi dengan seluruh demimu karena aku amat rindu
kedua tanganku mengharap, hatiku beruang:
"terima datangku sebagai tamu karena engkau
telah mengundangku..."
aku tinggalkan jubahku. juga bijibiji tasbih
yang selama ini hanya kuhitung-hitung
--tak pernah lebih ataupun berkurang--
sebab aku ingin memenuhi undangan
dengan sepenuh cinta: rindu bertahun-tahun
kutabalkan. mungkin tanpa harapan
aku jadi budak yang dibebaskan. mengelilingi
rumahmu, juga berlari-lari di antara bukit itu:
bersitubruk. ataupun melepas senyum
dan cium
wahai, kau yang selalu menunggu
kini aku sudah datang
bawa secawan gemilang...
5 Mei 2011
Terimalah Ciumku
aku muhajirin: terimalah ciumku
di kota penuh senyum ini
aku berkunjung. menghimpun
sisa-sisa tapak yang bergelombang
masuki kota ini. masa silam lalu
memandangi silsilah
yang tak pernah hilang
menulis kembali sejarah
yang tak akan basah
di nabawi
di bir ali
: di mana aku mati?
di samping makammu
di sisi sisa rumahmu
aku tersungkur
: di mana tamanku?
5 Mei 2011
Al-Baqi
betapa aku maklum usaiku
tak pantas dibaringkan di sini
maka hanya kutitip senyumku
dari jendela bis kepada kalian
penghuni surga
jika Kau ikhlas suatu nanti
rebah juga aku di baqi ini
istirah bersama orang-orang terkasih
yang bila malam bercakap-cakap dengan-Mu
dan siang menjagai iman
selain hamparan makam
tiada pohon-pohon di sini
namun kurasakan teduh
bagai dilindungi hutan
mataku musafir jauh
ke dekat bukit itu:
"perempuan yang menjagai Rasul
-- ibu seluruh umat, ratu di surga --
gandenglah perempuanku..."
lalu kutabur airmataku
di seluruh baqi
untuk melayarkan aku menujumu
6 Mei 2011
Bukit Rahma
sepasang kekasih yang lama terlontar
kembali bertemu di sini. setelah mengais
huruf-huruf yang tak selesai ditafsir
di bukit ini...
orang-orang kembali datang
memunguti kisah abadi
di arafah: di bawah bukit rahma
dalam guyuran matahari yang parak
lebih dekat dari ketiak!
huruf-huruf yang tak selesai ditafsir
kini ingin kutakbirkan:
karena cinta
aku datang jua...
6 Mei 2011
Sebuah Taman
sebuah taman tumbuh di bibirmu
bagi burung dan kupukupu hinggap
bermain lalu kembali pergi
mencari rumah terakhir
sebuah taman yang tumbuh di bibirmu
jadi seberkas luka di bibirku
sebab cinta dan dosa
yang menulis risalah
di sebuah taman yang menumbuh
di bibirmu, melambai bagi burung
dan kupukupu bertaman. aku pun
datang. ingin lama dan memetik
buahbuah surga
berteman denganmu....
1 Mei 2011
Mau Mencium?
I
"mau mencium?" tanya seseorang, dua orang, beberapa orang;
aku tetap berputar. mengeliling kakbah. bergerak-gerak kedua bibirku
lalu menatap sejenak tiap segaris pada batuhitam itu. dan tiap langkahku
membekas sejuta risalah. sejarah masa silam di sana kuulang-baca, seperti
membuka-buka kembali ayatayat-Mu.
"mau mencium?" tanya orang, lain orang, beberapa orang
ia ikut berkeliling. tujuhkali -- mungkin lebih -- dan berkali-kali. menawarkan
keinginan yang sama, hanya diulang pada para tamu-Nya. jika kau ingin mencium
batu hitam itu, mereka akan membantu. tapi, tunggu, kau tak akan bebas
pergi dari situ. sebelum 700 real -- sedikitnya 200 real -- punyamu akan
berpindah ke sakunya. setelah itu, mereka kembali mencari mangsa...
tamu Allah
II
"aku bisa menciumnya, alhamdulillah," kata seseorang, lain orang, beberapa orang
aku pun mengaminkan. semoga ia sebagai umar bin khattab mencium batuhitam itu
sebab melihat nabi menciumnya: "batu itu tak membawa manfaat juga tak memberi
mudarat..." dan aku terus berputar. mengelilingi kakbah
bersama jutaan orang.
"sebagai tanda terima kasih karena dibantu orangorang itu,
aku ikhlas memberi 500 real," kata seseorang, lain orang, beberapa orang
kalau begitu, ahai, betapa murahnya menuju Langit?
3 Mei 2011
Bukit Menjulang
bukit menjulang. betapa tinggi aku akan terbang?
tapi kau bisa menaiki bukit tsur itu. dalam gua di balik
bukit itu beberapa hari kau menunggu untuk pindah
ke medinah
dan kupandangi bukit yang menjulang itu,
tapi kedua kakiku tak akan bisa sampai ke sana. aku tak
punya sayap; perutku akan kempis tanpa makan...
bukit menjulang. tsur yang gerah. batu-batu tajam. pasir
beterbangan saat angin berembus.
aku hanya menatap...
mei 2011
Dari Bukit ini
dari bukit ini aku melihatmu berlari-lari menuju puncak bukit yang lain
lalu menuruni lembah itu dan selalu begitu. tanpa merutuk. tapi berwajah
sedih sebab anakmu haus di padang kerontang ini. kulihat sesekali
wajahmu ceria tapi kembali menyusut. "bagaimana mungkin di padang
pasir yang kerontang ini ada setetes air?"
tapi, bagi-Nya tak ada yang mustahil. dan dari kedua tumit anakmu
memancur air. "zamzam! zamzam!" ujarmu girang. meninggalkan dua bukit
itu -- safa dan marwa -- menuju hijir ismail;
yang kini tak pernah kemarau. ditimba
berabad oleh orang-orang. ditimba dan dibawa.
ditimba....
3-4 Mei 2011
Seperti Perempuan Terkasih
aku seperti melihatmu amat cemas. dari bukit yang satu
berlari hingga ke bukit di seberang sana. "apa yang kau
cari hajar di padang pasir tanpa hujan dan tiada air,
selain banjir besar yang lalu?"
aku seperti mendengar suaramu. mengharap dan memohon
walau hanya setetes air untuk putramu yang belum khatam
bertasbih. kau pun berlarilari di antara dua bukit itu,
seakan melihat air. meski yang kau peroleh hanya padang
pasir tak berhujan
kau tak khatam mengharap. berulang -- hingga tujuh kali
dari bukit safa ke marwa -- lari memburu seteguk air. lalu
tiap capai puncak kau berdoa. menghadap kakbah
seperti melihatmu, aku meneguk zamzam tiap menyisir
risalahmu: berlari-lari di antara dua bukit itu
seperti kau perempuan terkasih
3 Mei 2011
Doa Sebelum Gugur Rambutku
kau bertanya, adakah doa paling indah saat
berlari-lari kecil di baitullah dan dua bukit itu
sebelum menggugurkan rambut?
aku katakan, jika Kauberkenan bukalah jalan
bagimu ke tempat ini juga.
"Dan, Tuhan berilah bibir terindah
dan perkataan yang puisi
bagi perempuanku agar putri
yang akan dilahirkan
sebagai khadijah dan fatimah..."
lalu hanya airmataku
ingin banyak berkata
sebagai doa...
3-5 Mei 2011
Peganglah Tanganku
peganglah lenganku, sayang, sebelum menaiki bukit itu
agar kau tak sasar atau aku hilang di hutan manusia
cukuplah perempuan perkasa itu yang sendirian
berlari-lari kecil memburu seteguk air di padang kerontang ini
lalu ia dapati limpahan air di dekat rumah-Nya juga
ini tanganku dan mana lenganmu, sayang, pegang erat
sebelum bukit itu kita daki bersama. lontarkan doa
pesis di puncaknya, agar tak pecah bibirmu...
maka hinggaplah di setiap puncak dua bukit itu
dan katakan: "karena perintah-Mu kuturuti langkah
hajar di safa-marwa ini..."
peganglah tanganku...
3511
Tujuku hanya Satu
jika aku rindu padamu
bukan sebab kau cantik
bila aku amat menyukaimu
tak harus kuagungkan selalu
sebab kau begitu indah
aku menyukaimu
seperti aku kini kembali
menyusuri risalahmu
istirah dan ibadah
di tamanmu
atau kembali mengikutimu
mengelilingi rumah berselimut hitam itu
dan bersusah-susah sekadar mencium
batu itu;
-- kau hanya pengantar
tujuku hanya satu:
Allah --
Mei-Juni 2011
Aku Kendarai Cinta
meski hanya berjalan kaki...
tapi aku kendarai cinta
saat menjemput undanganmu
di dini hari, saat orangorang lelap
dan jam besar itu masih menatap
hanya dibalut dua lembar kain
tanpa alas kaki, aku berlari-lari
memburu panggilanmu
berkeliling di rumahmu
mengejar harapan di antara
dua bukit itu
"pergilah, pergi
segala hasutan untukku
kembali ke hutan-hutan
enyah, enyahlah
segala bujukan
agar aku mengulang
ke jalan berlubang."
sebab aku hanya punya cinta
karena aku tahu datang padamu
segala yang kunikmati
bukan lagi empedu!
5 Mei 2011
Kaukah Mengganjarku
menyapu padang berpasir
menyisir angin kering
di bawah bayang 44 derajat selsius
kukais kedua telapak kakiku
menghindari percik api
sembunyi dari ababil
tapi padang berpasir ini
siapa biasa sembunyi
atau mengelak
dari tibaan percik api
dan ancaman ababil?
terompahku dibawamu
sepotong kakiku tertinggal
di dekat pintu masuk
tersebab lama aku mabuk
dalam dunia cemerlang
dalam kemilau perempuan
: kini, kaukah mengganjarku?
7 Mei 2011
Menghitung Nama-Mu
seperti orangorang terkasih
menyelesaikan malam bertasbih
aku pun mengelilingi rumah-Mu
sepanjang malam yang terang
hingga subuh. saat adzan memanggil
dan hatiku gigil. mataku berair
kedua pipiku berganti sungai
alamak inikah sebab hidup sangsai?
mungkin sepanjang tahun usiaku
baru kini aku panjangkan rantai-tasbih
hingga tak terperi dan rasa perih
setiap mengingat jalan silam
yang hitam
sebagaimana orangorang terkasih
yang menyiapkan malamnya dengan tasbih
aku pun melalui waktu berkeliling
menghitung untaian namanama-Mu
yang tak ada bilangan
3 Mei 2011