03 Juni 2011

PERJALANAN KE MEKAH

Arroudhoh

di tamanmu -- di antara rumah dan mimbar itu -- aku selalu menunggumu datang,

menemani percakapan ini. saling berebut ingin paling-depan. berjam-jam

lebih dulu sampai untuk mencari shaf. airmata tumpah: tangis-rindu

mengalir. jadi anak sungai, ke muara mana?

sekiranya aku hidup dulu sekali, bersamamu. tapi aku orang yang datang

terlambat. peziarah yang tersasar dulu ke mana-mana, lalu kini sampai ke tamanmu:

memetik buah-buah rindu dari pohon sejarah. hanya menatap pintu makammu. ingin

mengingatmu...

aku hanya peziarah. sejenak singgah....

di tamanmu berbasuh

02/05/2011

Seperti Orangorang itu Datang ke Nabawi ini

ingin berulang kupandangi rumahmu --sebuah rumah mungil-- di sebelah masjid kecil, namun

kemudian merengkuh dunia. ingin lama berdiri di depan pintu rumahmu, menulis rindu dengan

airmata haruku. pintu yang kemudian membuka orangorang dari benuabenua singgah dan

meletakkan terompah di depannya. setelah itu, tak ada mata yang tiada

berurai air....

ingin menumpahkan airmataku tiap kuliwati pintu rumahmu, seperti orangorang itu yang

tak mampu membendungnya. tapi tak ada sungai di sini. tak ada lautan yang akan

menggulungku jadi bongkahan ke tepi-tepi. di sini, di sisi rumahmu berdekatan dengan mihrab itu,

aku sujudkan segala alpaku. aku ikhlas diinjak untuk merasakan sakit seperti kau saat gigimu rompal

atau luka karena panah. hanya aku hidup berabad-abad setelah

kepergianmu. setelah kalender penuh gambar...

kini, aku hanya bisa mengecup kenangan-kenanganmu

seperti orangorang itu yang datang ke nabawi ini...

2 mei 2011

Tiang-tiang itu

ingin kuhitung tiang-tiang itu

yang jadi payung saat terik

tapi aku tersasar dalam angka

sebab tak juga habis hitungan

seperti nikmat-Mu tak terkira

hingga aku hanya terbata

dan selalu mengemis

tapi kikir mengingat

di masjid nabawi

aku minta pahala senilai tujuhratus

sebagai zaitun, sebjinya

akan menjadi tujuhratus pohon

ingin kunaiki tiang-tiang

yang tak pernah tuntas kuhitung

dan berlindung dalam payungnya

jika siang menyengat

ingin kubangun rumah

di sini, di antara tiang-tiang itu

agar segera sampai

di tamanmu ya Kekasih Allah...

2 Mei 2011

Terompah

telah engkau kuras airmataku

telah engkau sayat-sayat dosaku

di tamanmu ini – di antara rumah dan

mihrabmu – aku tak henti tersungkur

ingin menghapus peta hitam di keningku,

wajahku yang kelam

berwaktu-waktu sebelum waktu

sudah kucari tempat: bersidekap pada

kekasih Allah itu. dzikir dan salawat

kuterbangkan. harapanharapan kutuliskan

“aku haus.”

-- minumlah –

“aku rindu.”

-- kecuplah --

terompahku sudah lebih dulu

melangkah di tamanmu – arroudhoh – ingin

menunggu tibaku nanti…

Mei 2011

Energy of Kakbah 1 *)

aku berputar
melawan langkah waktu
-- tujuhkali berputar --
dalam pusatMu
tak akan jauh
tak akan sasar
hingga mencium batu itu
: tersedu...

Energy of Kakbah 2

bahkan jin turut berzikir

mengelilingi baitullah

tujuhkali tiba di batu hitam itu

berdoa untuk keselamatan

dunia dan akhirat

-- keselamatan di dunia

kebahagiaan di akhirat --

biar tercekik

biar kakiku terbakar

aku akan terus berputar

menyebut-nyebut nama-Mu

mengharap kasihsayang-Mu

memburu

berharap

akankah aku sampai pada-Mu?

Energy of Kakbah 3

bagai jarum jam

aku berputar

dalam poros-Mu

berulang-ulang

menyebut nama

lalu berdoa

berkeliling lagi

tujuhkali

menuju Ilahi

-- terbang –

bagai batuhitam

ingin juga

“kau hanya batuhitam

tiada manfaat ataupun mudarat

jika tak kulihat rasul menciummu,

tak akan kulakukan padamu.” **)

3-7 Mei 2011

*) untuk judul Energy of Kakbah, saya dapati dari sebuah judul lukisan karya Cak Kandar (2008) di dinding Hotel Swarna Dwipha Jl Tasik, Palembang.

**) ucapan Umar bin Khattab RA

Yang Berputar

wahai hati yang tak pernah sebening kaca

tangan yang tak menunjuk ke tuju-Mu

kaki yang selalu melangkah ke lain-Mu

mulut yang tak berucap kebenaran

kini telah berada di segala pusat

yang berkeliling -- berputar -- dalam

satu poros. mengiba, mendamda:

"bismillah allah akbar!"

hati yang kini pecah

tangan yang kini putung

bibir yang selalu kelu

kaki yang membara

"aku terbakar. terbakar..."

beri jalan bagiku mencium-Mu

tanpa bayar. tiada rentenir

di depan kakbah

pada-Mu aku hanya menyembah

sebagaimana para malaikat dulu kala

berputar pula hanya menyebut Allah

: aku bersujud

di altar Ibrahim

menggenapkan towafku...

4 Mei 2011

Matahari Parak

matahari parak di atas kepala

cuaca bersuhu 43 derajat selsius

"kakiku terbakar, wahai, bagai

berjalan di atas bara," katanya

tapi, kami masih di dunia

di padang pasir terbentang

6 Mei 2011

Kini Aku Sudah Datang

bagai memamah api di bawah terik matahari

aku bergegas ingin hinggap di suwungmu

setelah kutanak segala harapku sejak dari rumahku

aku akan terima jika engkau menolak hadirku

tapi dengan seluruh demimu karena aku amat rindu

kedua tanganku mengharap, hatiku beruang:

"terima datangku sebagai tamu karena engkau

telah mengundangku..."

aku tinggalkan jubahku. juga bijibiji tasbih

yang selama ini hanya kuhitung-hitung

--tak pernah lebih ataupun berkurang--

sebab aku ingin memenuhi undangan

dengan sepenuh cinta: rindu bertahun-tahun

kutabalkan. mungkin tanpa harapan

aku jadi budak yang dibebaskan. mengelilingi

rumahmu, juga berlari-lari di antara bukit itu:

bersitubruk. ataupun melepas senyum

dan cium

wahai, kau yang selalu menunggu

kini aku sudah datang

bawa secawan gemilang...

5 Mei 2011

Terimalah Ciumku

aku muhajirin: terimalah ciumku

di kota penuh senyum ini

aku berkunjung. menghimpun

sisa-sisa tapak yang bergelombang

masuki kota ini. masa silam lalu

memandangi silsilah

yang tak pernah hilang

menulis kembali sejarah

yang tak akan basah

di nabawi

di bir ali

: di mana aku mati?

di samping makammu

di sisi sisa rumahmu

aku tersungkur

: di mana tamanku?

5 Mei 2011

Al-Baqi

betapa aku maklum usaiku

tak pantas dibaringkan di sini

maka hanya kutitip senyumku

dari jendela bis kepada kalian

penghuni surga

jika Kau ikhlas suatu nanti

rebah juga aku di baqi ini

istirah bersama orang-orang terkasih

yang bila malam bercakap-cakap dengan-Mu

dan siang menjagai iman

selain hamparan makam

tiada pohon-pohon di sini

namun kurasakan teduh

bagai dilindungi hutan

mataku musafir jauh

ke dekat bukit itu:

"perempuan yang menjagai Rasul

-- ibu seluruh umat, ratu di surga --

gandenglah perempuanku..."

lalu kutabur airmataku

di seluruh baqi

untuk melayarkan aku menujumu

6 Mei 2011

Bukit Rahma

sepasang kekasih yang lama terlontar

kembali bertemu di sini. setelah mengais

huruf-huruf yang tak selesai ditafsir

di bukit ini...

orang-orang kembali datang

memunguti kisah abadi

di arafah: di bawah bukit rahma

dalam guyuran matahari yang parak

lebih dekat dari ketiak!

huruf-huruf yang tak selesai ditafsir

kini ingin kutakbirkan:

karena cinta

aku datang jua...

6 Mei 2011

Sebuah Taman

sebuah taman tumbuh di bibirmu

bagi burung dan kupukupu hinggap

bermain lalu kembali pergi

mencari rumah terakhir

sebuah taman yang tumbuh di bibirmu

jadi seberkas luka di bibirku

sebab cinta dan dosa

yang menulis risalah

di sebuah taman yang menumbuh

di bibirmu, melambai bagi burung

dan kupukupu bertaman. aku pun

datang. ingin lama dan memetik

buahbuah surga

berteman denganmu....

1 Mei 2011

Mau Mencium?

I

"mau mencium?" tanya seseorang, dua orang, beberapa orang;

aku tetap berputar. mengeliling kakbah. bergerak-gerak kedua bibirku

lalu menatap sejenak tiap segaris pada batuhitam itu. dan tiap langkahku

membekas sejuta risalah. sejarah masa silam di sana kuulang-baca, seperti

membuka-buka kembali ayatayat-Mu.

"mau mencium?" tanya orang, lain orang, beberapa orang

ia ikut berkeliling. tujuhkali -- mungkin lebih -- dan berkali-kali. menawarkan

keinginan yang sama, hanya diulang pada para tamu-Nya. jika kau ingin mencium

batu hitam itu, mereka akan membantu. tapi, tunggu, kau tak akan bebas

pergi dari situ. sebelum 700 real -- sedikitnya 200 real -- punyamu akan

berpindah ke sakunya. setelah itu, mereka kembali mencari mangsa...

tamu Allah

II

"aku bisa menciumnya, alhamdulillah," kata seseorang, lain orang, beberapa orang

aku pun mengaminkan. semoga ia sebagai umar bin khattab mencium batuhitam itu

sebab melihat nabi menciumnya: "batu itu tak membawa manfaat juga tak memberi

mudarat..." dan aku terus berputar. mengelilingi kakbah

bersama jutaan orang.

"sebagai tanda terima kasih karena dibantu orangorang itu,

aku ikhlas memberi 500 real," kata seseorang, lain orang, beberapa orang

kalau begitu, ahai, betapa murahnya menuju Langit?

3 Mei 2011

Bukit Menjulang

bukit menjulang. betapa tinggi aku akan terbang?

tapi kau bisa menaiki bukit tsur itu. dalam gua di balik

bukit itu beberapa hari kau menunggu untuk pindah

ke medinah

dan kupandangi bukit yang menjulang itu,

tapi kedua kakiku tak akan bisa sampai ke sana. aku tak

punya sayap; perutku akan kempis tanpa makan...

bukit menjulang. tsur yang gerah. batu-batu tajam. pasir

beterbangan saat angin berembus.

aku hanya menatap...

mei 2011

Dari Bukit ini

dari bukit ini aku melihatmu berlari-lari menuju puncak bukit yang lain

lalu menuruni lembah itu dan selalu begitu. tanpa merutuk. tapi berwajah

sedih sebab anakmu haus di padang kerontang ini. kulihat sesekali

wajahmu ceria tapi kembali menyusut. "bagaimana mungkin di padang

pasir yang kerontang ini ada setetes air?"

tapi, bagi-Nya tak ada yang mustahil. dan dari kedua tumit anakmu

memancur air. "zamzam! zamzam!" ujarmu girang. meninggalkan dua bukit

itu -- safa dan marwa -- menuju hijir ismail;

yang kini tak pernah kemarau. ditimba

berabad oleh orang-orang. ditimba dan dibawa.

ditimba....

3-4 Mei 2011

Seperti Perempuan Terkasih

aku seperti melihatmu amat cemas. dari bukit yang satu

berlari hingga ke bukit di seberang sana. "apa yang kau

cari hajar di padang pasir tanpa hujan dan tiada air,

selain banjir besar yang lalu?"

aku seperti mendengar suaramu. mengharap dan memohon

walau hanya setetes air untuk putramu yang belum khatam

bertasbih. kau pun berlarilari di antara dua bukit itu,

seakan melihat air. meski yang kau peroleh hanya padang

pasir tak berhujan

kau tak khatam mengharap. berulang -- hingga tujuh kali

dari bukit safa ke marwa -- lari memburu seteguk air. lalu

tiap capai puncak kau berdoa. menghadap kakbah

seperti melihatmu, aku meneguk zamzam tiap menyisir

risalahmu: berlari-lari di antara dua bukit itu

seperti kau perempuan terkasih

3 Mei 2011

Doa Sebelum Gugur Rambutku

kau bertanya, adakah doa paling indah saat

berlari-lari kecil di baitullah dan dua bukit itu

sebelum menggugurkan rambut?

aku katakan, jika Kauberkenan bukalah jalan

bagimu ke tempat ini juga.

"Dan, Tuhan berilah bibir terindah

dan perkataan yang puisi

bagi perempuanku agar putri

yang akan dilahirkan

sebagai khadijah dan fatimah..."

lalu hanya airmataku

ingin banyak berkata

sebagai doa...

3-5 Mei 2011

Peganglah Tanganku

peganglah lenganku, sayang, sebelum menaiki bukit itu

agar kau tak sasar atau aku hilang di hutan manusia

cukuplah perempuan perkasa itu yang sendirian

berlari-lari kecil memburu seteguk air di padang kerontang ini

lalu ia dapati limpahan air di dekat rumah-Nya juga

ini tanganku dan mana lenganmu, sayang, pegang erat

sebelum bukit itu kita daki bersama. lontarkan doa

pesis di puncaknya, agar tak pecah bibirmu...

maka hinggaplah di setiap puncak dua bukit itu

dan katakan: "karena perintah-Mu kuturuti langkah

hajar di safa-marwa ini..."

peganglah tanganku...

3511

Tujuku hanya Satu

jika aku rindu padamu

bukan sebab kau cantik

bila aku amat menyukaimu

tak harus kuagungkan selalu

sebab kau begitu indah

aku menyukaimu

seperti aku kini kembali

menyusuri risalahmu

istirah dan ibadah

di tamanmu

atau kembali mengikutimu

mengelilingi rumah berselimut hitam itu

dan bersusah-susah sekadar mencium

batu itu;

-- kau hanya pengantar

tujuku hanya satu:

Allah --

Mei-Juni 2011

Aku Kendarai Cinta

meski hanya berjalan kaki...

tapi aku kendarai cinta

saat menjemput undanganmu

di dini hari, saat orangorang lelap

dan jam besar itu masih menatap

hanya dibalut dua lembar kain

tanpa alas kaki, aku berlari-lari

memburu panggilanmu

berkeliling di rumahmu

mengejar harapan di antara

dua bukit itu

"pergilah, pergi

segala hasutan untukku

kembali ke hutan-hutan

enyah, enyahlah

segala bujukan

agar aku mengulang

ke jalan berlubang."

sebab aku hanya punya cinta

karena aku tahu datang padamu

segala yang kunikmati

bukan lagi empedu!

5 Mei 2011

Kaukah Mengganjarku

menyapu padang berpasir

menyisir angin kering

di bawah bayang 44 derajat selsius

kukais kedua telapak kakiku

menghindari percik api

sembunyi dari ababil

tapi padang berpasir ini

siapa biasa sembunyi

atau mengelak

dari tibaan percik api

dan ancaman ababil?

terompahku dibawamu

sepotong kakiku tertinggal

di dekat pintu masuk

tersebab lama aku mabuk

dalam dunia cemerlang

dalam kemilau perempuan

: kini, kaukah mengganjarku?

7 Mei 2011

Menghitung Nama-Mu

seperti orangorang terkasih

menyelesaikan malam bertasbih

aku pun mengelilingi rumah-Mu

sepanjang malam yang terang

hingga subuh. saat adzan memanggil

dan hatiku gigil. mataku berair

kedua pipiku berganti sungai

alamak inikah sebab hidup sangsai?

mungkin sepanjang tahun usiaku

baru kini aku panjangkan rantai-tasbih

hingga tak terperi dan rasa perih

setiap mengingat jalan silam

yang hitam

sebagaimana orangorang terkasih

yang menyiapkan malamnya dengan tasbih

aku pun melalui waktu berkeliling

menghitung untaian namanama-Mu

yang tak ada bilangan

3 Mei 2011

Tidak ada komentar: