KAU ADALAH LAUT
kau adalah laut. gelombang yang cepat menuju pantai
dan pulang lagi ke maha luas biru. memainkan kapal-kapal,
menikam pelaut hingga ke dasar karang. menghapus namanama
atau setiap kenangan
kau adalah laut. pesona birumu mengguyur wajah tualang,
memabukkan para pelayar. terkapar ataupun terdampar di tubumu;
ingin menubuhkan waktu demi waktu dalam setiap debur ombakmu
sampai lupa pada pelabuhan
kau adalah laut. senyummu menarik kapalkapal yang melaju
atau menenggelamkan ke dasar pasirmu. kau adalah laut. rambutmu
akan menidurkan tiap kapal, mematahkan sayap burungburung
dan memulangkan para pemurung
kau adalah laut. sulit kubaca jalan anginmu. gelombangmu
menyimpan rahasia khianatmu, menyelimuti takdirku. aku
berlayar di tubuhmu dengan cemas. sebab, apakah esok
aku pun akan tenggelam di dasar karangmu
saat kau pergi ke pantai atau pulang ke maha luas biru
untuk memainkan kapalkapal tualang. menjauh dan
menggelombang
kau adalah laut. rahasiamu abadi
mati dan cintaku dalam gelombangmu
5211.7:23
CATATAN BURUNG-BURUNG
1. Catatan Pagi
seekor burung yang disenangi
akan selalu menerima siul tiap pagi
lalu burung itu akan berkicau
dengan nyanyian merdu
dan esok akan disangkarkan
untuk terus menyenandung
2. Burung Tetap akan Terbang
"apakah aku harus mencegah
orang bersiul tiap pagi untukku?"
tanya seekor burung pada ranting,
pada genting, atau sarangmu
ia hanya bersiul agar harihariku
bersenandung. aku berkicau
untuk menghapus risau
seperti sayapku mengepak
untuk menyapu sepi yang mendahak
tapi burung akan tetap terbang
tanpa siul atau rayuan
burung tetap punya sayap
jika tiada sarang
setiap pagi kudengar siul
dan seekor burung akan berkicau
hingga aku pun acap terpukau
3. Sebab Kau Burung
sebab kau burung
aku tak bisa mengurung
kau bebas terbang
ke lainlain sarang
karena kau burung
siapapun akan memburu
menyiul tiap pagi
kau berkicau pada salamnya
4. Kau Burung
kau burung
maka kulepas dari
sarang
kau adalah burung
karena sayapmu
aku tak kuasa
menyarangmu
5211: 11.09
KUKEMBALIKAN MATAHARI PADAMU
matahari yang kularikan kemarin siang
semalam telah kuserahkan padamu
untuk tidur bersamamu, memulangkan mimpi
yang sempat lari
kau mengadu tak ingin sendiri
tak berani di dalam pekat
maka kukembalikan padamu matahari ini
setelah seharian kupinjam terangi jalanku
dan ini malam kuletakkan di sisi tidurmu
"kau mesti lelap dengan cahaya-Ku," bisikku
tak lupa mengecup keningmu
dan memberi tanda yang pernah
kugariskan dulu: angka-angka itu
jikapun matahari itu kau simpan di ruang
tidurmu, aku akan meniup terangnya
tiap hari: "kuingin selalu benderang
dan cahayamu akan jadi pualam
bagi para pejalan. jadi air bagi musafir,
jadi rambu buat pengembara..."
kau akik, penghias jemari
cahaya yang tak pernah mati!
7:14/4.2.11
CATATAN DAN MASA SILAM
kau tertawa ketika tahu
aku menepi di sisi ruang ini
sambil menggenggam erat
gambar dan kenangankenangan
kau ingin merebut lagi
sebab ingin menghapus
seluruh peristiwa yang pernah
kita tulis di lembarlembar hari
"aku tak ingin ada jejak
ingin menghapus segala tanda
angkaangka dan harihari," katamu
dan aku semakin menggenggam
karena kehilangan kenangan
masih adakah masa silam?
#222011; 6:53
MENJELMA JADI BURUNG
kau telah menjelma jadi burung pagi ini
orangorang memburu dan ingin sekali menangkapmu
kemudian menyangkarkan di kamar tidur
tiap waktu merindukan kicaumu: nyanyimu
kau adalah burung. kini akan terbang ke mana suka
karena sangkar sangkar bisa dibangun di mana pun
orangorang membangunnya setelah kau disihir
dengan kemilau syair
kau akan lupa pertama kali siapa menyiulmu
yang menata kicaumu. yang mengirim kilau sihir
ke dalam tubuh-puisimu. kini kau menjelma jadi burung
dan terbang mencari tuju sangkar baru?
kicaumu akan selalu menyihir
melebihi penyair
kau akan selalu memukau
bahkan bikin penyair terkapar
: tapi, kaukah yang tersasar?
kau telah menjelma jadi burung pagi ini
dan aku tak sanggup lagi memburumu
01/02/2011: 11.58
KURSI PERTAMA GERBONG PERTAMA
sebelum kau pergi aku sudah mencuri namamu
aku telah menyimpan jemarimu
aku juga mengekalkan wajahmu dalam pahatan
tanganku: bagaimana aku meragukanmu
karena tak ada lagi yang luput darimu
untuk kubawa ke mana-mana
karena itu ketika kau memberiku
aku sudah genggam jantungmu
-- bukan hati --
agar nafas kita satu berpacu
sebagaimana roda kereta yang kau tumpangi
melaju di atas rel memanjang seperti
tak akan bertemu, namun sampai juga
di stasiun tujuan
kau adalah sisi kiri rel kerta itu
dan aku bagian kananmu
menyelamatkan kereta
-- mungkin bukan keinginan --
sampai stasiun tuju
untuk melabuhkan rindu
lantas bagaimana kau tahu aku ragu
-- meski begitu --
bahwa kau akan lelap di stasiun itu
tanpa pernah ingat kembali
sewaktu kau berangkat
ketika cuaca sekarat
dan aku berbasah oleh gerimis
yang tiris
apakah kau belum lupa?
bukalah gambar dua remaja
yang bersanding di kursi pertama
gerbong pertama...
01 Februari 2011 jam 0:07
ANAK-ANAK DALAM BAYANG
seorang anakanak riang kala kembali melihat foto di album
suaranya melompat-lompat, ia tunjuk gambar itu: "lihat, berapa
tahun silam kalian abadikan ini? di sebuah gerbong kereta
paling mahal. untuk perjalanan ke mana?"
aku dan kau hanya tersenyum. mengingat masa lalu saat
gambar bersama sebelum pluit bunyi dan kereta mengerang
untuk meninggalkan pengantar yang menyimpan kenangan
di gambar itu aku merapat padamu. kau makin mendekat
lalu tanganmu yang lain menjepret dengan handpohone mahal pula
"perlu ada kenangan sebelum hilang sama sekali," kataku
"aku justru ingin mengabadikan dengan ini," jawabmu
tapi adakah keabadian yang berselancar di bawah matahari
apakah jarum waktu yang terus berputar akan berhenti
sebagai abadi? waktu akan berganti. peristiwa akan kita buat
dan kenangan bisa hilang
"aku ingin bersaama kenangan-kenangan," kau meyakinkan
lalu kukecup bibirmu yang dipenuhi taman itu. aku sedang
mencari manis bunga di sana -- mana pula sungai surga
yang mengalir sejuk? --
"karena di taman itu tak ada apel, kuberikan bibirku
untuk kau iris. jika kau rindu mencecapnya..." katamu lagi
tapi urung kucecap sepotong bibirmu, sebab anak-anak itu
menghentak lamunan kita: "kalian kini sudah menjadi tua,
sebagai kakek dan nenek, tapi betapa mesra di dalam
foto itu? berapa tahun silam gambar ini ini diambil."
aku menatapmu dalam. kau masuk ke dalam mataku
"kita tak pernah kembali ke masa lampau. di ini waktu
kita masih saling mencinta..." ujarku,
kau mengangguk dan tersenyum
pada anak-anak yang sesungguhnya hanya bayang...
*18:30.31/01/2011
KUN
maka kau hitung lagi hari-hari pertemuan agar tak meleset
tentang cuaca -- persisnya musim -- untuk kawin di kala
hujan dan bumimu subur. "aku gagal menyimpan benihmu
seperti tanah tak menyuburkan tanaman," katamu
sebelum kau lelap bersama mimpi-mimpi mengasuh,
menyusui, atau meninabobo bayimu tiap waktu
kiranya bukan ladang tak setia pada tanaman, tapi
rahim subur akan selalu menyimpan benih agar tunas
yang ditanam. bukan sebab kau tak ingin mengandung,
musim yang salah menghitung kapan tungkul mesti
ditanam dan suburkan
maka usah sesali datang cuaca di tiap akhir bulan
tapi berdoa supaya musim tanam kembali menemuimu
dan kau turun ke ladang untuk menanam benih lagi
-- benih dari pejantan --
bila musim hujan lempar selimut lalu tuju
ladang yang masih subur. hamparkan benih atau
pokok kayu, dan jampilah:
"wahai penungggu bumi yang setia merindu
datanglah dan bawakan ruh baru. tiupkan
ke rahimku yang berladang cadas.
jadilah!
:maka jadilah janin, jadi bayi, jadi manusia
pengawal surga
kun!
kawinlah...
*01.33; 30/01/11
MELEPAS
kutemukan kau sendiri pada perjalanan malam ini
menuju kota yang tak kuingat lagi. meski berulang
kau sebut nama kota itu. di kursi terdepan karena
merasa ingin tiba lebih dulu tanpa perlu meninggalkan
beratus-ratus tapak untuk segera tiba dalam pelukan
kau pilih sepur pertama sebab ingin cepat dijemput
subuh nanti. seperti ingin melupakan orang-orang lain
yang juga ingin sampai lebih dulu di peraduan. tapi
kau lupa setiap perjalanan akan meninggalkan
sepi?
yang melepasmu dengan lambai
yang menulis sesuatu di bibirmu
menuju kota yang tak ingin kuhapal. pada malam
gerimis, sebuah cuaca yang terus mengiris. stasiun
yang tak hiruk. kau pun melepas sesuatu untuk kukenang
"hanya tiga hari aku pergi dan akan kuambil lagi
yang kutitip padamu. dan kuganti lebih untuk
kau kekalkan," ujarmu
kemudian kau benar-benar melambai
dan aku sungguh-sungguh menyimpanmu
*29.01.11; 1.49
DAN AKU KEMBALI LELAP
KIJANG betina yang sulit dijinakkan para pemburu,
sangat mudah kutangkap. kini ia kusangkarkan di kamarku
jadi hiasan bagi mataku yang selalu mencari keindahan
karena kijang betina itu telah kujadikan kawan lelapku
setiap kali aku terbangun, kijang betina itu mengusap
kelopak mataku. menghapus tiap liurku yang menyungai
dengan bibirnya--seperti lidah ular menyapu hingga
kering liurku--dan aku kembali lelap
menuju puncak mimpi-mimpi. menggamit tebawan
awan yang hitam, biru, atau putih. "aku ingin berenang
di tumpukan sabun itu," igauku.
KIJANG betina itu dua kali kutangkap tanpa
perangkap. kau tak mampu? para pemburu kembali
ke jalan, merapikan pakaian, menyiapkan senapan
lebih bagus lagi.
"suatu kelak aku mampu menangkapnya," dendam
para pemburu.
TAPI kijang betina itu sudah jinak dalam
amuk gairahku...
*24-25 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar