10 Maret 2011

Sajak-sajak Isbedy Stiawan ZS





KAU ADALAH LAUT


kau adalah laut. gelombang yang cepat menuju pantai

dan pulang lagi ke maha luas biru. memainkan kapal-kapal,

menikam pelaut hingga ke dasar karang. menghapus namanama

atau setiap kenangan

kau adalah laut. pesona birumu mengguyur wajah tualang,

memabukkan para pelayar. terkapar ataupun terdampar di tubumu;

ingin menubuhkan waktu demi waktu dalam setiap debur ombakmu

sampai lupa pada pelabuhan

kau adalah laut. senyummu menarik kapalkapal yang melaju

atau menenggelamkan ke dasar pasirmu. kau adalah laut. rambutmu

akan menidurkan tiap kapal, mematahkan sayap burungburung

dan memulangkan para pemurung

kau adalah laut. sulit kubaca jalan anginmu. gelombangmu

menyimpan rahasia khianatmu, menyelimuti takdirku. aku

berlayar di tubuhmu dengan cemas. sebab, apakah esok

aku pun akan tenggelam di dasar karangmu

saat kau pergi ke pantai atau pulang ke maha luas biru

untuk memainkan kapalkapal tualang. menjauh dan

menggelombang

kau adalah laut. rahasiamu abadi

mati dan cintaku dalam gelombangmu


5211.7:23




CATATAN BURUNG-BURUNG


1. Catatan Pagi

seekor burung yang disenangi

akan selalu menerima siul tiap pagi

lalu burung itu akan berkicau

dengan nyanyian merdu

dan esok akan disangkarkan

untuk terus menyenandung

2. Burung Tetap akan Terbang

"apakah aku harus mencegah

orang bersiul tiap pagi untukku?"

tanya seekor burung pada ranting,

pada genting, atau sarangmu

ia hanya bersiul agar harihariku

bersenandung. aku berkicau

untuk menghapus risau

seperti sayapku mengepak

untuk menyapu sepi yang mendahak

tapi burung akan tetap terbang

tanpa siul atau rayuan

burung tetap punya sayap

jika tiada sarang

setiap pagi kudengar siul

dan seekor burung akan berkicau

hingga aku pun acap terpukau

3. Sebab Kau Burung

sebab kau burung

aku tak bisa mengurung

kau bebas terbang

ke lainlain sarang

karena kau burung

siapapun akan memburu

menyiul tiap pagi

kau berkicau pada salamnya

4. Kau Burung

kau burung

maka kulepas dari

sarang

kau adalah burung

karena sayapmu

aku tak kuasa

menyarangmu


5211: 11.09




KUKEMBALIKAN MATAHARI PADAMU


matahari yang kularikan kemarin siang

semalam telah kuserahkan padamu

untuk tidur bersamamu, memulangkan mimpi

yang sempat lari

kau mengadu tak ingin sendiri

tak berani di dalam pekat

maka kukembalikan padamu matahari ini

setelah seharian kupinjam terangi jalanku

dan ini malam kuletakkan di sisi tidurmu

"kau mesti lelap dengan cahaya-Ku," bisikku

tak lupa mengecup keningmu

dan memberi tanda yang pernah

kugariskan dulu: angka-angka itu

jikapun matahari itu kau simpan di ruang

tidurmu, aku akan meniup terangnya

tiap hari: "kuingin selalu benderang

dan cahayamu akan jadi pualam

bagi para pejalan. jadi air bagi musafir,

jadi rambu buat pengembara..."

kau akik, penghias jemari

cahaya yang tak pernah mati!


7:14/4.2.11



CATATAN DAN MASA SILAM


kau tertawa ketika tahu

aku menepi di sisi ruang ini

sambil menggenggam erat

gambar dan kenangankenangan

kau ingin merebut lagi

sebab ingin menghapus

seluruh peristiwa yang pernah

kita tulis di lembarlembar hari

"aku tak ingin ada jejak

ingin menghapus segala tanda

angkaangka dan harihari," katamu

dan aku semakin menggenggam

karena kehilangan kenangan

masih adakah masa silam?


#222011; 6:53



MENJELMA JADI BURUNG


kau telah menjelma jadi burung pagi ini

orangorang memburu dan ingin sekali menangkapmu

kemudian menyangkarkan di kamar tidur

tiap waktu merindukan kicaumu: nyanyimu

kau adalah burung. kini akan terbang ke mana suka

karena sangkar sangkar bisa dibangun di mana pun

orangorang membangunnya setelah kau disihir

dengan kemilau syair

kau akan lupa pertama kali siapa menyiulmu

yang menata kicaumu. yang mengirim kilau sihir

ke dalam tubuh-puisimu. kini kau menjelma jadi burung

dan terbang mencari tuju sangkar baru?

kicaumu akan selalu menyihir

melebihi penyair

kau akan selalu memukau

bahkan bikin penyair terkapar

: tapi, kaukah yang tersasar?

kau telah menjelma jadi burung pagi ini

dan aku tak sanggup lagi memburumu


01/02/2011: 11.58



KURSI PERTAMA GERBONG PERTAMA


sebelum kau pergi aku sudah mencuri namamu

aku telah menyimpan jemarimu

aku juga mengekalkan wajahmu dalam pahatan

tanganku: bagaimana aku meragukanmu

karena tak ada lagi yang luput darimu

untuk kubawa ke mana-mana

karena itu ketika kau memberiku

aku sudah genggam jantungmu

-- bukan hati --

agar nafas kita satu berpacu

sebagaimana roda kereta yang kau tumpangi

melaju di atas rel memanjang seperti

tak akan bertemu, namun sampai juga

di stasiun tujuan

kau adalah sisi kiri rel kerta itu

dan aku bagian kananmu

menyelamatkan kereta

-- mungkin bukan keinginan --

sampai stasiun tuju

untuk melabuhkan rindu

lantas bagaimana kau tahu aku ragu

-- meski begitu --

bahwa kau akan lelap di stasiun itu

tanpa pernah ingat kembali

sewaktu kau berangkat

ketika cuaca sekarat

dan aku berbasah oleh gerimis

yang tiris

apakah kau belum lupa?

bukalah gambar dua remaja

yang bersanding di kursi pertama

gerbong pertama...

01 Februari 2011 jam 0:07



ANAK-ANAK DALAM BAYANG


seorang anakanak riang kala kembali melihat foto di album

suaranya melompat-lompat, ia tunjuk gambar itu: "lihat, berapa

tahun silam kalian abadikan ini? di sebuah gerbong kereta

paling mahal. untuk perjalanan ke mana?"

aku dan kau hanya tersenyum. mengingat masa lalu saat

gambar bersama sebelum pluit bunyi dan kereta mengerang

untuk meninggalkan pengantar yang menyimpan kenangan

di gambar itu aku merapat padamu. kau makin mendekat

lalu tanganmu yang lain menjepret dengan handpohone mahal pula

"perlu ada kenangan sebelum hilang sama sekali," kataku

"aku justru ingin mengabadikan dengan ini," jawabmu

tapi adakah keabadian yang berselancar di bawah matahari

apakah jarum waktu yang terus berputar akan berhenti

sebagai abadi? waktu akan berganti. peristiwa akan kita buat

dan kenangan bisa hilang

"aku ingin bersaama kenangan-kenangan," kau meyakinkan

lalu kukecup bibirmu yang dipenuhi taman itu. aku sedang

mencari manis bunga di sana -- mana pula sungai surga

yang mengalir sejuk? --

"karena di taman itu tak ada apel, kuberikan bibirku

untuk kau iris. jika kau rindu mencecapnya..." katamu lagi

tapi urung kucecap sepotong bibirmu, sebab anak-anak itu

menghentak lamunan kita: "kalian kini sudah menjadi tua,

sebagai kakek dan nenek, tapi betapa mesra di dalam

foto itu? berapa tahun silam gambar ini ini diambil."

aku menatapmu dalam. kau masuk ke dalam mataku

"kita tak pernah kembali ke masa lampau. di ini waktu

kita masih saling mencinta..." ujarku,

kau mengangguk dan tersenyum

pada anak-anak yang sesungguhnya hanya bayang...


*18:30.31/01/2011



KUN


maka kau hitung lagi hari-hari pertemuan agar tak meleset

tentang cuaca -- persisnya musim -- untuk kawin di kala

hujan dan bumimu subur. "aku gagal menyimpan benihmu

seperti tanah tak menyuburkan tanaman," katamu

sebelum kau lelap bersama mimpi-mimpi mengasuh,

menyusui, atau meninabobo bayimu tiap waktu

kiranya bukan ladang tak setia pada tanaman, tapi

rahim subur akan selalu menyimpan benih agar tunas

yang ditanam. bukan sebab kau tak ingin mengandung,

musim yang salah menghitung kapan tungkul mesti

ditanam dan suburkan

maka usah sesali datang cuaca di tiap akhir bulan

tapi berdoa supaya musim tanam kembali menemuimu

dan kau turun ke ladang untuk menanam benih lagi

-- benih dari pejantan --

bila musim hujan lempar selimut lalu tuju

ladang yang masih subur. hamparkan benih atau

pokok kayu, dan jampilah:

"wahai penungggu bumi yang setia merindu

datanglah dan bawakan ruh baru. tiupkan

ke rahimku yang berladang cadas.

jadilah!

:maka jadilah janin, jadi bayi, jadi manusia

pengawal surga

kun!

kawinlah...


*01.33; 30/01/11


MELEPAS


kutemukan kau sendiri pada perjalanan malam ini

menuju kota yang tak kuingat lagi. meski berulang

kau sebut nama kota itu. di kursi terdepan karena

merasa ingin tiba lebih dulu tanpa perlu meninggalkan

beratus-ratus tapak untuk segera tiba dalam pelukan

kau pilih sepur pertama sebab ingin cepat dijemput

subuh nanti. seperti ingin melupakan orang-orang lain

yang juga ingin sampai lebih dulu di peraduan. tapi

kau lupa setiap perjalanan akan meninggalkan

sepi?

yang melepasmu dengan lambai

yang menulis sesuatu di bibirmu

menuju kota yang tak ingin kuhapal. pada malam

gerimis, sebuah cuaca yang terus mengiris. stasiun

yang tak hiruk. kau pun melepas sesuatu untuk kukenang

"hanya tiga hari aku pergi dan akan kuambil lagi

yang kutitip padamu. dan kuganti lebih untuk

kau kekalkan," ujarmu

kemudian kau benar-benar melambai

dan aku sungguh-sungguh menyimpanmu


*29.01.11; 1.49


DAN AKU KEMBALI LELAP


KIJANG betina yang sulit dijinakkan para pemburu,

sangat mudah kutangkap. kini ia kusangkarkan di kamarku

jadi hiasan bagi mataku yang selalu mencari keindahan

karena kijang betina itu telah kujadikan kawan lelapku

setiap kali aku terbangun, kijang betina itu mengusap

kelopak mataku. menghapus tiap liurku yang menyungai

dengan bibirnya--seperti lidah ular menyapu hingga

kering liurku--dan aku kembali lelap

menuju puncak mimpi-mimpi. menggamit tebawan

awan yang hitam, biru, atau putih. "aku ingin berenang

di tumpukan sabun itu," igauku.

KIJANG betina itu dua kali kutangkap tanpa

perangkap. kau tak mampu? para pemburu kembali

ke jalan, merapikan pakaian, menyiapkan senapan

lebih bagus lagi.

"suatu kelak aku mampu menangkapnya," dendam

para pemburu.

TAPI kijang betina itu sudah jinak dalam

amuk gairahku...


*24-25 Januari 2011



Tidak ada komentar: