10 Maret 2011

Puisi-puisi Isbedy Stiawan ZS

KEKASIH, JIKA RINDUMU ADALAH SAKITKU

APAKAH YANG PALING KURASAKAN

KALA KAU MENGABARKAN SAKIT?

ketika kutahu kau sakit, engkau tahu aduhnya sampai ke kulitku

itu sebabnya aku ingin jadi tabib untuk menyembuhkanmu segera

lalu kau tersenyum dan kembali ke laman. memandang tarian awan,

matahari yang sijingkat ke barat, ke balik pohon, dalam laut

atau perahu-perahu yang berlayar ke pantai

kekasihku, kau adalah bayangbayang. selalu datang. di pasir ataupun

di awan. kaulah kupukupu di pematang atau taman. kalau kau sakit,

siapa yang mewarnai semua itu? "sayang, aku sakit. pusing, mual-mual,

dan muntah," kau mengadu. lalu kusesalkan diriku kenapa tak jadi tabib,

datang padamu membawakan ramuan paling mujarab?

kekasih, jika rindumu adalah sakitku. apakah yang paling kurasakan

kala kau mengabarkan sakit?

5 Maret 2011-17:21

DENGAN SATU TELUNJUKKU

dengan satu telunjukku seribu arah terpancar

lalu dengan apa lagi kau mampu mendustaiku?

tubuhtubuh yang terbuka telah kumasuki

dalam setiap kalimat yang kualirkan

seperti air yang menyungai, air yang kugali

dari bebukitan jauh. dari mataair yang kau jaga

sepenuh cinta seluruh kekuasaan

dengan satu telunjukku sejuta tempat kutuju

lalu dengan cara apa lagi kau bisa sembunyikan diriku?

jalanjalan akan melepuh kapalkapal akan belabuh

laut akan mengering setelah bergelombang

menendang segala yang bergerak di lautan

juga dirimu hingga mati terdampar

lalu untuk apa lagi kau dustai aku?

satu telunjukku akan sampai pada sejuta tempat:

kau boleh memilih, di antara yang tak kau suka

kau akan terlempar hingga ke telunjukku

dan meminta segores dari desahku

lalu adakah cara aku melukaimu?

kau bertanya. ngungun

tapi wajahmu anggun

moka, 4311-15:01


KAU TAHU AKU ADALAH AYAH DARI JUTAAN PUISI

YANG KEHILANGAN ORANGTUA SELAH DILAHIRKAN

jika kau telah sampai di kota tujuan, usah kau kenali aku lagi agar tak kau kirim kabar

yang menusuk-nusuk waktu lipurmu. cukulah aku tahu kalau kau seorang musafir

menuju kota pasir, namun lupa membawa sisir yang tertinggal di rambutku. sejuta

doa yang kusematkan di langit tinggi, akan curah bagai hujan yang selalu

kau rindu jika cuaca sangat gerah. doa-doa itu akan menjagamu, doa-doa itu

menyejukkanmu apabila hatimu terpanggang pasir panas.

di sebuah kota pada tiap sudut lubang menganga sisa penggalian oleh

tangan-tangan keras dan berkeringat. kota yang dulu sekali pernah pula

alpa menulis kenangan untukku, bahkan enggan mencatat alamat kuburku

karena aku hanya pendatang: singgah lalu pulang. tapi sempat meninggalkan

telapak kakiku di sepanjang jalan itu. masuk-keluar pasar...

jika habis doa-doa yang kukirim, kutunggu kau meminta lagi namun tak untuk

mengabarkan atau ingin tahu takdirku. sebab takdir kita tak sama, sebab nasib kita

sudah diatur oleh si pengatur secara berbeda. maka jalanlah kau ke kota tujuan,

taburkan impian-impian agar membenih. dan tulis kapan kau lahirkan anakanak

puisi itu. "kau mau mengasuh anak-anakku, kan?" tanyamu. kau tahu aku adalah

ayah dari jutaan puisi yang kehilangan orangtua setelah dilahirkan. aku adalah

pengayak bagi butirbutir puisi itu, sebelum kemudian hanyut juga karena laut

karena sungai karena hujan karena matahari karena musimmusim

yang suilit

sekali ditebak

di sini aku pun memimpikan setiap kota tujuan

karena selalu menyimpan namaku dan kenangan

4 Maret 2011-7:28

AKU INGIN MENIDURKANMU DI SARANG

YANG KUANYAM DARI LIURKU,

SAMPAI AKU MENGANDUNG…

kau pikir aku tak khawatir?

tapi kau sembunyikan wajahmu

kau bisukan suaramu

bahkan kau simpan

di mana tanda darik

dan kau pun mengabarkan

kapal belum menyeberang

padahal sejak subuh

sudah menunggu di dermaga

ingin mengantarmu ke kota seberang

kabarmu itu

membuat bungabunga

di bibirku mengembang

serupa kupukupu

yang siap terbang

"aku ingin menidurkanmu

di sarang yang kuanyam

dari liurku, sampai aku

mengandung anak kupukupu

berwarna-sayap lucu," katamu

3311-18:12

TAK SEMPAT MEMBERI JUDUL

SEBAB KEBURU BURUNG ITU MENINGGALKAN SARANG,

DAN AKU HANYA MENATAP LENGANG

aku ingin kau yang memberi judul

sebab burung itu keburu meninggalkan

sarang, dan aku hanya menatap lengang

jika kau kini tengah menghirup udara di kota lain, ingat selalu aroma napasku yang pernah singgah

beberapa waktu. juga candu rokok, wangi rambut, atau tarian tanganku sebagai penari di panggung:

di tuibuh yang selalu mengirim peta ihwal kota sungai belantara rumputan senyum burung lelalmpu

dan kupukupu. ingatlah pula bagaimana aku menjaga kepercayan dan kau selalu jujur -- untuk

sementara ini -- betapa pun kutahu, mungkin masih ada rahasia dalam saku bajumu atau

kerudung?

di dalamnya, kulihat burung yang tiap saat terbang menggaris cakrawala maupun singgah di ranting

baru dan asing. "kaukah burung itu, selalu suka pada ranting baru?"

namun, kau selalu yakinkan aku, ke mana pun burung terbang akan kembali ke sarang. dan kau, katamu

padaku, adalah sarang paling menyarang. karena di sarangku kau berkicau: menyanyikan syairsyair

riang -- aku tahu, meski tak semua bisa kau beri tahu --

karena kau tetap perempuan, burung yang berkicau padahal murung. yang selalu diam di sangkar,

padahal kau tengah merindukan alam. sebab itu jangan lukai aku dengan patukmu diam-diam...

biarkan kunikmati seluruh sarang dan warna sayapmu. biarpun aku luka, darahnya akan sampai juga padamu

2 Maret 2011 (pukul 18.30)

DALAM CAHAYA YANG SAMAR

KAU BERI SEKERAT APEL

YANG SUDAH LAMA KUINGINI

sekerat apel masih terasa di bibirku

bukankah semalam kau sorongkan

saat pekat luruh di tepi jalan?

dalam cahaya yang samar

kau beri sekerat apel

yang sudah lama kuingini

dan kau rindu sekali

bagaikan pencuri

kita mengendap dari penunggu

sembunyi di gelap batang pohon

sambil memohon: "tunaskan

lagi, agar kami petik apel-apel

itu di lain musim?"

lalu sejumput kecupan

dari sebuah apel

di bibirku hingga kini menempel

"ingatlah aku tiap kau

mersakan manisnya..." katamu

dari kota lain yang baru

kau singgahi. subuh tadi,

sebelum kau lelap

kembali ke dalam senyap

02-03-11; 10:26


Tidak ada komentar: