KEKASIH, JIKA RINDUMU ADALAH SAKITKU
APAKAH YANG PALING KURASAKAN
KALA KAU MENGABARKAN SAKIT?
ketika kutahu kau sakit, engkau tahu aduhnya sampai ke kulitku
itu sebabnya aku ingin jadi tabib untuk menyembuhkanmu segera
lalu kau tersenyum dan kembali ke laman. memandang tarian awan,
matahari yang sijingkat ke barat, ke balik pohon, dalam laut
atau perahu-perahu yang berlayar ke pantai
kekasihku, kau adalah bayangbayang. selalu datang. di pasir ataupun
di awan. kaulah kupukupu di pematang atau taman. kalau kau sakit,
siapa yang mewarnai semua itu? "sayang, aku sakit. pusing, mual-mual,
dan muntah," kau mengadu. lalu kusesalkan diriku kenapa tak jadi tabib,
datang padamu membawakan ramuan paling mujarab?
kekasih, jika rindumu adalah sakitku. apakah yang paling kurasakan
kala kau mengabarkan sakit?
5 Maret 2011-17:21
DENGAN SATU TELUNJUKKU
dengan satu telunjukku seribu arah terpancar
lalu dengan apa lagi kau mampu mendustaiku?
tubuhtubuh yang terbuka telah kumasuki
dalam setiap kalimat yang kualirkan
seperti air yang menyungai, air yang kugali
dari bebukitan jauh. dari mataair yang kau jaga
sepenuh cinta seluruh kekuasaan
dengan satu telunjukku sejuta tempat kutuju
lalu dengan cara apa lagi kau bisa sembunyikan diriku?
jalanjalan akan melepuh kapalkapal akan belabuh
laut akan mengering setelah bergelombang
menendang segala yang bergerak di lautan
juga dirimu hingga mati terdampar
lalu untuk apa lagi kau dustai aku?
satu telunjukku akan sampai pada sejuta tempat:
kau boleh memilih, di antara yang tak kau suka
kau akan terlempar hingga ke telunjukku
dan meminta segores dari desahku
lalu adakah cara aku melukaimu?
kau bertanya. ngungun
tapi wajahmu anggun
moka, 4311-15:01
KAU TAHU AKU ADALAH AYAH DARI JUTAAN PUISI
YANG KEHILANGAN ORANGTUA SELAH DILAHIRKAN
jika kau telah sampai di kota tujuan, usah kau kenali aku lagi agar tak kau kirim kabar
yang menusuk-nusuk waktu lipurmu. cukulah aku tahu kalau kau seorang musafir
menuju kota pasir, namun lupa membawa sisir yang tertinggal di rambutku. sejuta
doa yang kusematkan di langit tinggi, akan curah bagai hujan yang selalu
kau rindu jika cuaca sangat gerah. doa-doa itu akan menjagamu, doa-doa itu
menyejukkanmu apabila hatimu terpanggang pasir panas.
di sebuah kota pada tiap sudut lubang menganga sisa penggalian oleh
tangan-tangan keras dan berkeringat. kota yang dulu sekali pernah pula
alpa menulis kenangan untukku, bahkan enggan mencatat alamat kuburku
karena aku hanya pendatang: singgah lalu pulang. tapi sempat meninggalkan
telapak kakiku di sepanjang jalan itu. masuk-keluar pasar...
jika habis doa-doa yang kukirim, kutunggu kau meminta lagi namun tak untuk
mengabarkan atau ingin tahu takdirku. sebab takdir kita tak sama, sebab nasib kita
sudah diatur oleh si pengatur secara berbeda. maka jalanlah kau ke kota tujuan,
taburkan impian-impian agar membenih. dan tulis kapan kau lahirkan anakanak
puisi itu. "kau mau mengasuh anak-anakku, kan?" tanyamu. kau tahu aku adalah
ayah dari jutaan puisi yang kehilangan orangtua setelah dilahirkan. aku adalah
pengayak bagi butirbutir puisi itu, sebelum kemudian hanyut juga karena laut
karena sungai karena hujan karena matahari karena musimmusim
yang suilit
sekali ditebak
di sini aku pun memimpikan setiap kota tujuan
karena selalu menyimpan namaku dan kenangan
4 Maret 2011-7:28
AKU INGIN MENIDURKANMU DI SARANG
YANG KUANYAM DARI LIURKU,
SAMPAI AKU MENGANDUNG…
kau pikir aku tak khawatir?
tapi kau sembunyikan wajahmu
kau bisukan suaramu
bahkan kau simpan
di mana tanda darik
dan kau pun mengabarkan
kapal belum menyeberang
padahal sejak subuh
sudah menunggu di dermaga
ingin mengantarmu ke kota seberang
kabarmu itu
membuat bungabunga
di bibirku mengembang
serupa kupukupu
yang siap terbang
"aku ingin menidurkanmu
di sarang yang kuanyam
dari liurku, sampai aku
mengandung anak kupukupu
berwarna-sayap lucu," katamu
3311-18:12
TAK SEMPAT MEMBERI JUDUL
SEBAB KEBURU BURUNG ITU MENINGGALKAN SARANG,
DAN AKU HANYA MENATAP LENGANG
aku ingin kau yang memberi judul
sebab burung itu keburu meninggalkan
sarang, dan aku hanya menatap lengang
jika kau kini tengah menghirup udara di kota lain, ingat selalu aroma napasku yang pernah singgah
beberapa waktu. juga candu rokok, wangi rambut, atau tarian tanganku sebagai penari di panggung:
di tuibuh yang selalu mengirim peta ihwal kota sungai belantara rumputan senyum burung lelalmpu
dan kupukupu. ingatlah pula bagaimana aku menjaga kepercayan dan kau selalu jujur -- untuk
sementara ini -- betapa pun kutahu, mungkin masih ada rahasia dalam saku bajumu atau
kerudung?
di dalamnya, kulihat burung yang tiap saat terbang menggaris cakrawala maupun singgah di ranting
baru dan asing. "kaukah burung itu, selalu suka pada ranting baru?"
namun, kau selalu yakinkan aku, ke mana pun burung terbang akan kembali ke sarang. dan kau, katamu
padaku, adalah sarang paling menyarang. karena di sarangku kau berkicau: menyanyikan syairsyair
riang -- aku tahu, meski tak semua bisa kau beri tahu --
karena kau tetap perempuan, burung yang berkicau padahal murung. yang selalu diam di sangkar,
padahal kau tengah merindukan alam. sebab itu jangan lukai aku dengan patukmu diam-diam...
biarkan kunikmati seluruh sarang dan warna sayapmu. biarpun aku luka, darahnya akan sampai juga padamu
2 Maret 2011 (pukul 18.30)
DALAM CAHAYA YANG SAMAR
KAU BERI SEKERAT APEL
YANG SUDAH LAMA KUINGINI
sekerat apel masih terasa di bibirku
bukankah semalam kau sorongkan
saat pekat luruh di tepi jalan?
dalam cahaya yang samar
kau beri sekerat apel
yang sudah lama kuingini
dan kau rindu sekali
bagaikan pencuri
kita mengendap dari penunggu
sembunyi di gelap batang pohon
sambil memohon: "tunaskan
lagi, agar kami petik apel-apel
itu di lain musim?"
lalu sejumput kecupan
dari sebuah apel
di bibirku hingga kini menempel
"ingatlah aku tiap kau
mersakan manisnya..." katamu
dari kota lain yang baru
kau singgahi. subuh tadi,
sebelum kau lelap
kembali ke dalam senyap
02-03-11; 10:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar