01 Februari 2010

Puisi Isbedy Stiawan ZS

Akhir

jika sebatang rokok terakhir menyisakan
abu di asbak, apakah kau akan berhenti
di batas ini malam
lalu menuju pembaringan?

(tapi kau telah janji tetap menulis impian
di setiap baris puisi lalu aku yang datang akan
mengekalkan)

seperti asbak mengurai setiap puntung rokok
dan menulis abu jadi kisah lain di sini

melebur malam ke dalam embun
menabur bintang ke haribaan fajar
hingga setiap daun akan bergetar
setiap bunga bakal mekar
dan setiap waktu pasti memar

aku...

060110: 01.21






Bunga Malam

bunga-bunga mekar di langit tak berhujan
malam semakin ngaceng menunggumu
yang mungkin kembali mabuk. dan jalan menjelma jadi
permadani panjang
aku menegang tapi hatiku bimbang
tak pernah sampai menjamah tubuhmu

hujan telah jauh pergi setelah lama
menemani langit
hingga berkabut

kini malam penuh bunga bermekaran
dan menabur aroma
ke bibirku
ah, malam benar-benar ngaceng!

(putik malam akan berbenih, bermekaran
sebagai bunga yang
akan kau petik ketika
fajar nanti)

terimalah sebagai mahar

060110: 00.22








Ratap
: aw

dan ratap pun telah sampai ke gaung
dari tangismu yang menjelma jadi suling

ada yang pergi, tapi ini kali tak lagi lahir nabi
hanya seseorang yang tak akan pernah abadi
maka ia pun menemui illahi
selepas magrib,
selepas orang-orang
saling menumpah caci

tak perlu bunga-bunga itu
sebab ia akan berjalan juga hingga ke lubuk
tak perlu dupa
karena ia tetap pergi juga
membawa segala yang dipunya

tak usah ratap
ia tak akan menjelma sayap
tak mungkin kembali
maka lepaslah hanya dengan duka
hanya duka

010110: 05.15







Waroeng AZ Trotoar

1.
tak bisakah kau rendahkan suara,
tinggikan pikir. menyapu waktu
yang berembun?

setelah 27 jalan kau lintasi,
6 sungai kau seberangi
kini, di pintu pertama
halamam kalender
tulislah: segala yang kau raih
dari serpih impianku juga

2.
setiap yang diam mungkin gelombang disimpan
maka surutkan suaramu
lepaskan tatapmu ke jalan paling jauh
tanggalkan keluh

3.
aku tak bisa lagi berkata-kata
dalam gemuruh tawa
dan cakap yang berantakan

010110: 01.26







Malam Riang

adakah ini malam
membuatmu riang
di jalan yang semaput
teriakan-teriakan terompet

apakah tak sebaiknya
kembali, dan kau merapat
dengan cemara-cemara di halaman rumah
penuh ruah

karena pecahan kembang api
dan cahaya malam kota
yang semakin rapuh
jarum waktu menujah tubuh

adalah darahku mengalir
ke sungai-sungai malam

"selamat, kau telah lalui satu kelokan
dari lembar-lembar kalender:
dan kau mulai masuki tikungan lain:
jalan yang mendaki ke 12 tanjakan lagi," katamu galau

aku akan lalui segala detak , segala yang retak
: apakah kau juga akan berlalu?
seperti setiap angka yang rapuh
dan cabik?

dan pohon-pohon cemara
di halaman rumah
meruah bagai pecahan
kembang api
tiba di wajahmu riang

010110: 01.02





Tamu Suatu Malam

kaukah yang berkelebat sebagai bayang di bawah bulan dekat pepohonan?
sebab sudah lama tak kusaksikan di langit bulan telanjang
tapi ini malam tiada selimut awan pekat
dan aku menunggumu -- sebagaimana ayahku menanti kepulangan ibu dari pesta
saat keduanya masih berpacaran -- karena
janjimu, karena inginku selalu bersamamu

tapi kelebat bayang dekat pepohonan di bawah cahaya bulan,
apakah kau yang telah rindu?
atau cuma anganku tentang sesuatu
yang akan datang padaku?
-- sebagai tamu untuk membawaku pesiar--

ah, ini hanya ilusi. angan-angan yang pasti
datang lalu pergi

menghantar kenangan dan membawa pergi ingatan

kelebat bayang itu, apakah untuk tamuku juga
yang menyerahkan kenangan
dan menghancurkan ingatan?

jangan...

291209: 00.12






Jangan...


1
Jangan menulis puisi
bila kau akan kecewa
karena namamu
tak masuk dalam daftar
seorang redaktur

menjadi penyair
kau harus siap digusur
kekuatan-kuasa redaktur
hingga puisimu
mengeras seperti batu

jangan jadi penyair
bila tak ingin namamu
dihilangkan dari deretukur
nama-nama yang telah
mengabarkan tentang luka

jangan...


2
Jangan jadi redaktur
sebelum kau punya nyali
dan kekuatan melihat darah
di tubuh-tubuh puisi
dari sebuah luka para penyair
yang tetap tersenyum
meski hatinya mengerang

jangan pernah membiartkan hatimu
luluh lalu mengembalikan puisi
ke langit mahasuci. karena akan
menerbitkan rasa kasihan
pada puisi yang hanya membawa
bunga-bunga, cinta, dan kesepian

jangan jadi redaktur
bila kau tak ikut merasakan
lukaperih, ngagadarah, nafasmewah,
sepinyeri. sebab setiap puisi membawa
rasa sendiri. sebab setiap penyair
membawa warna duniacinta
dan patahsayapnya...



3
Jangan membaca puisi
atau berkenalan dengan penyair
bila tak ingin kecewa
karena yang kau baca hanya fantasia
dan asinkeringat dari rambut
yang disajikan dalam puisi-puisi

sebaiknya bacalah dunia
dari jiwamu yang mengembara
sebelum akan jatuh di kubangan
ratusan puisi
tak terbaca di halaman-halaman koran

yang kau temukan di warung
jadi pembungkus cabai atau asam

jangan berkenalan dengan penyair
bila tak ingin tidurmu terganggu
hingga fajar berlabuh
tanpa kau nikmati mimpimu

jangan...


2009/2010








Sajak Beberapa Baris, Beberapa Bagian

1
malam gemulai
hujan sudah jauh pergi
membiarkan awan tak berair
dan angin lamban
di tubuhku memanas seperti ada bara:
kau tahu di jalan ini, tetap kuhikmati sepi

2
jika akhirnya aku pulang
dan kembali juga ke peraduan
apakah akan kujagai malam
tanpa hujan?
airmataku cukup untuk membasahi
yang kau mau
tapi malam seperti manja untuk kukeloni



3
jadi, kau tetap menunggu di situ
hingga malam berlalu?
dan bila kau jumpai fajar
akankah kau namai penantian ini
hanya belukar?

dalam penantian
kutahu kau hanya membiarkan setiap detikmu
berkeliaran jauh...

2010









Kepada Si Sakit


lalu kuseka kaca itu
ingin memastikan senyummu
tak lagi kelabu
seperti pagi kemarin

(kau masih sakit?)

kuingin melihat wajahmu
seperti matahari di pagi ini
tanpa layu
duduk di langit

memandang pohon-pohon
jalan-jalan riuh
suara gaduh
namun tetap syahdu

(kuingin kau cepat sembuh)

kembali menyusuri lorong
pasar murah
menaiki tangga mall
lalu mencicipi pullpy orange
atau membeli kaset film

(kuharap hari ini obat-obatmu
bisa kau simpan lagi)

dan lupakan penyakit
sehingga tak lagi bertandang
agar kau bercahaya
melangkahi keramaian

seperti waktu remaja
kulihat kau selalu bercanda
dalam gemuruh waktu

(kau menengadah)

langit yang mendung
doamu selalu tergantung

--untuk kesembuhan
dan rasa bosan
dikunjungi penyakit--

2010

Tidak ada komentar: