Isbedy Stiawan ZS
Angel I
kucari namamu di koran-koran
hingga hari minggu: di setiap halaman
setiap huruf kueja, ingin melafalkan
namamu. tentang dirimu, setiap
tanda di tubuhmu
dulu kau sangat kukenal
aku pun tahu berapa tanda
merajah di tubuhmu
senyum dan halus tanganmu
tapi kenapa kini telah tiada?
wajahmu selalu berwarna mendung
tangan penuh rambut
dan selalu memanjang: --seperti
pinokio yang tiap dusta
hidungnya memanjang--
kau bukan lagi angel
yang kukenal di masa kecil
120212
kucari namamu di koran-koran
hingga hari minggu: di setiap halaman
setiap huruf kueja, ingin melafalkan
namamu. tentang dirimu, setiap
tanda di tubuhmu
dulu kau sangat kukenal
aku pun tahu berapa tanda
merajah di tubuhmu
senyum dan halus tanganmu
tapi kenapa kini telah tiada?
wajahmu selalu berwarna mendung
tangan penuh rambut
dan selalu memanjang: --seperti
pinokio yang tiap dusta
hidungnya memanjang--
kau bukan lagi angel
yang kukenal di masa kecil
120212
Angel II
ingin kuhapus rindurindu ini
tapi namamu menjelma api
di halaman koran dan wajah televisi
membujukku untuk kuukir bibirmu
kenangan yang tak mungkin pergi:
di saat kau berjalan di catwalk
sambil menaburkan aroma parfum
tubuhmu tanpa bercak
kini korankoran atau tubuh televisi
hanya api, terbakar oleh selingkuhmu
"inilah rakyat, angel, tak bisa
kau dustai. api cemburu
yang mengubur cinta!"
kau sudah jauh melupakan
kenangan-kenangan silam
bahkan hatimu yang pualam
12 Februari 2012
ingin kuhapus rindurindu ini
tapi namamu menjelma api
di halaman koran dan wajah televisi
membujukku untuk kuukir bibirmu
kenangan yang tak mungkin pergi:
di saat kau berjalan di catwalk
sambil menaburkan aroma parfum
tubuhmu tanpa bercak
kini korankoran atau tubuh televisi
hanya api, terbakar oleh selingkuhmu
"inilah rakyat, angel, tak bisa
kau dustai. api cemburu
yang mengubur cinta!"
kau sudah jauh melupakan
kenangan-kenangan silam
bahkan hatimu yang pualam
12 Februari 2012
Angel III
hujan yang datang amat deras
tak juga muara di matamu
senyummu telah membuat sungai
sehingga air hujan mengalir ke lautan
di halaman koran hanya wajahmu yang ceria
di wajah televisi hanya senyummu menguar
padahal kutahu kau berduka:
sejuta mulut kini mengutukmu
betina yang menjelma jadi tikus
wahai, perempuanku
aku tersedu; mungkinkah
kau hanya berkabar kelak
dari ruang berpintu besi itu?
130212
hujan yang datang amat deras
tak juga muara di matamu
senyummu telah membuat sungai
sehingga air hujan mengalir ke lautan
di halaman koran hanya wajahmu yang ceria
di wajah televisi hanya senyummu menguar
padahal kutahu kau berduka:
sejuta mulut kini mengutukmu
betina yang menjelma jadi tikus
wahai, perempuanku
aku tersedu; mungkinkah
kau hanya berkabar kelak
dari ruang berpintu besi itu?
130212
* sajak-sajak ini telah masuk dalam antologi puisi DEKLARASI HARI PUISI, di Pekanbaru, Riau, 2012
Angel IV
aku sedang berpikir untuk menundukkanmu
lalu kau akan mengucap apa yang kuikrarkan
menulis seperti yang kukatakan
sementara diam-diam aku siapkan peraduan
menyulam benang-benang itu jadi kelambu
pada suatu saat, di dalam kelambu
aku pun hanya jadi pendengar
kau bercerita tentang pertemuan itu,
--perjumpaan rahasia--
dan kau berlalu, Angel,
sendiri aku setelah kau pergi
membuatku benar-benar sepi!
aku tanpa kawan
di ruangan ini
190212
aku sedang berpikir untuk menundukkanmu
lalu kau akan mengucap apa yang kuikrarkan
menulis seperti yang kukatakan
sementara diam-diam aku siapkan peraduan
menyulam benang-benang itu jadi kelambu
pada suatu saat, di dalam kelambu
aku pun hanya jadi pendengar
kau bercerita tentang pertemuan itu,
--perjumpaan rahasia--
dan kau berlalu, Angel,
sendiri aku setelah kau pergi
membuatku benar-benar sepi!
aku tanpa kawan
di ruangan ini
190212
Angel V
akhirnya kaulupa berhias:
tak ada pelangi di bibirmu
bahkan bagai langit mendung
juga pipimu yang kuning
dan alismatamu tak bertanda
berapa duka sudah
kaupanen, Angel, sejak
musim hujan kemarin?
kau terlalu manis dan seksi
untuk mencuri, Angel:
kenapa bukan cintaku
kaubawa lari agar aku selalu
memburumu, meski kau sembunyi
di dalam kamar tak bertanda
kau begitu santun, Angel
kenapa tak kau curi saja ragaku?
-- bibirmu bagai selembar kertas,
seribu kata tak bisa kueja --
2012
akhirnya kaulupa berhias:
tak ada pelangi di bibirmu
bahkan bagai langit mendung
juga pipimu yang kuning
dan alismatamu tak bertanda
berapa duka sudah
kaupanen, Angel, sejak
musim hujan kemarin?
kau terlalu manis dan seksi
untuk mencuri, Angel:
kenapa bukan cintaku
kaubawa lari agar aku selalu
memburumu, meski kau sembunyi
di dalam kamar tak bertanda
kau begitu santun, Angel
kenapa tak kau curi saja ragaku?
-- bibirmu bagai selembar kertas,
seribu kata tak bisa kueja --
2012